Sabtu, 24 November 2012

Belajar dari kehidupan -1- *Be your self*

Kadang hidup berjalan tidak sesuai dengan yang kita inginkan, kita maunya semua serba sama dengan kehendak kita tapi kenyataan berkata lain. Bagi sebagian orang mungkin ketidaksesuaian antara kehendak dan kenyataan sudah menjadi hal biasa, dan bagi sebagian orang pun sudah bisa mengetahui cara menghadapinya. Ya, setidaknya bila menjadi diri sendiri pasti semua tidak akan terlalu menyiksa diri dibanding kita berpura-pura menjadi orang lain.

Di kehidupan nyata juga, kita kadang berpikir apa yang kita lihat, begitulah keadaannya. Tanpa berpikir apa itu hanya kepura-puraan atau kenyataan, kita menerimanya. Ya, tanpa kita tahu bahwa ada sebagian orang yang hidup dalam kepura-puraan, hidup memakai "topeng" menutupi kep'ribadian mereka yang sebenarnya. Alasan yang mereka pakai pun berbeda-beda untuk membenarkan diri. "Aku tidak mau seperti diriku yang sebenarnya, aku tidak menyukainya", "Aku harus hidup seperti ini agar aku bisa diterima, menjadi orang lain pun tak apa"

Sebenarnya hal seperti ini sangat umum. Kadang aku berpikir bahwa orang yang hidup dengan memakai "topeng" untuk menutupi kep'ribadian mereka, hanya merupakan cerita di komik-komik. Tapi, itu ternyata ada di dekatku. Seorang gadis, aku pikir perbuatannya itu dari hatinya. Lucunya, aku tidak pernah sekalipun berpikir bahwa dia orang seperti itu. Entah, bagaimana ia menutup rapat-rapat semua perbuatannya. Sampai sekarang pun ia masih saja seperti itu. Tidak seorangpun berani memberitahunya, karena dia begitu menutup dirinya dengan image polos dan alim.

Bagiku hal seperti itu sungguh sangat menyiksa diri. Kita jadi tidak bisa bebas menjadi diri kita sendiri. Jadi diri sendiri itu sangatlah menyenangkan. Apakah orang-orang seperti mereka tidak bosan setiap hari harus bersembunyi di belakang "topeng"?? Orang-orang seperti itu tidak lain adalah penakut. Bukankah tidak ada pemberani yang bersembunyi???

Selasa, 20 November 2012

[Drama] Paskah - Dalam Tuhan ada Pengharapan


“DALAM TUHAN ADA PENGHARAPAN”

            Di sebuah kota kecil, ada sebuah keluarga Kristen yang sangat harmonis. Keluarga ini sangat taat pada Tuhan dan mereka rajin beribadah di Gereja. Ribka merupakan putri dari keluarga itu.
            Ayah Ribka, Pak Agus merupakan dosen ternama, sedang Ibu Ribka, Ibu Vivian hanyalah seorang Ibu rumah tangga biasa. Ribka juga mempunyai seorang kakak, Fandy yang sikapnya kadang-kadang cuek. Walau begitu Ribka sangat senang dan merasa cukup dengan keluarganya ini.
            Suatu hari, keluarga ini mendapat sebuah masalah. Masalah yang berawal dari perselingkuhan yang dilakukan oleh Pak Agus dengan seorang mahasiswi di universitas tempat ia bekerja. Dan ternyata mahasiswi tersebut adalah Tasya, teman sekelas Fandy, yang sering datang ke rumah mereka, yang akrab juga dengan Ribka dan Ibu Vivian.

Pengenalan Tokoh:
1.      Ribka yang diperankan oleh Inggrid.
Ribka merupakan seorang gadis baik, cerdas, cantik, serta rajin beribadah, hanya saja ia memiliki sikap yang keras.
2.      Pak Agus yang diperankan oleh Yarmanto.
Pak Agus merupakan Ayah Ribka, memiliki sifat tegas, tetapi cepat marah dan tidak bertanggungjawab.
3.      Ibu Vivian yang diperankan oleh Peprianti.
Ibu Vivian adalah Ibu Ribka, memiliki sikap yang agak keras dan emosional.
4.      Fandy yang diperankan oleh Ferdinan.
Fandy adalah Kakak Ribka, Sikapnya kadang-kadang cuek, walau padahal ia juga bisa perhatian dan dewasa.
5.      Tasya yang diperankan oleh Ditha.
Tasya adalah teman Fandy, ia bersekolah di universitas yang sama dengan Fandy.
6.      Vika yang diperankan oleh Fitriana.
Vika adalah salah seorang sahabat Ribka.
7.      Nadya yang diperankan oleh Cindy.
Nadya adalah sahabat dari Ribka dan Vika.
8.      Enjel diperankan oleh Angela.
Enjel adalah teman sekelas Ribka, yang ternyata adalah seorang pengguna narkoba.
9.      Daniel yang diperankan oleh Dafli.
Daniel adalah pacar Ramah, sikapnya baik, ramah, bijaksana.
10.  Ibu Rut yang diperankan oleh Hesty.
Wali kelas Ribka, Vika, Nadya, dan Enjel.
11.  Kak Sarah yang diperankan oleh Susantri.
Kak Sarah adalah kakak sepupu dari Nadya, ia juga merupakan seorang hamba TUHAN.
           

 ***


Di pagi yang indah, sekitar pukul 05.00, Pak Agus sekeluarga melaksanakan saat teduh bersama. Setelah itu Ibu Vivian dan Ribka menyiapkan sarapan dan membereskan rumah. Selesai itu barulah mereka sarapan bersama sebelum mereka menuju ke tempat kerja ataupun ke sekolah.

Ribka         :  Mama, sabantar mungkin sa pulang agak lat, soalnya sa ada les sampe sore.
Ibu Vivian  :  Yang penting kalo so selesai capat pulang.
Fandy         :  Beh, ba.lekos dia itu mama. Bilang les, padahal pigi ba.jalan itu.
Ribka         :  ibihh ba.anggap nga, nga kira macam ngana.
Ibu Vivian  :  Sudah..sudah.. kamu dua ini masih pagi-pagi so ba.ribut. Te.malu sama tetangga??
Ribka         :  Kak Fandy ini …..
Pak Agus    :  Ya sudah mo.. So te mau pigi sekolah??
Ribka         :  Ada.. tunggu.. (berlari) Mama Ribka ka skolah dulu, slamat pagi!
Ibu Vivian  :  Slamat Pagi. Hati-hati!!!

***

Di malam hari, seperti kebiasaan yang dilakukan keluarga ini adalah berkumpul dan bercerita. Mereka menceritakan pengalaman mereka sehari yang mereka sudah lewati. Ribka dengan semangatnya menceritakan apa saja yang ia alami di sekolah tadi, tapi sedari tadi Ribka bercerita panjang lebar, Ayahnya hanya sibuk mengotak-atik handphonenya membalas sms-sms yang masuk dengan raut muka senang, dan Ribka menyadari hal itu.

Ribka         :  Papa!!! Papa dengar io yang sa bilang daritadi???
Pak Agus    :  Ioo ada.. (berdiri, bermaksud untuk meninggalkan ruangan itu) Eh, papa mo kaluar dulu penting ini, te.lama!!
Ribka         :  Yuww beh ini papa, sa ada ba carita dia malah pigi!!!
Ibu Vivian  :  Sudah,, biar saja, dia juga kan lagi ada urusan.

Tanpa disadari oleh dirinya sendiri, Pak Agus meninggalkan handphonenya di kursi yang ia duduki tadi. Handphone itu berbunyi, menandakan adanya pesan masuk. Ribka yang melihat hal tersebut, langsung mengambil handphone itu dan segera membuka sms yang masuk itu.

Ribka         :  Astaga..mama.. Liat ini smsnya Ka Tasya di hape-nya papa. Oh.. pantasan papa capat-capat kaluar tadi ternyata ini??
Ibu Vivian  : (Menarik hape dari tangan Ribka) Mana?
                     Oh Tuhan.. Apa ini? Kinapa dorang dua ini?
Ribka         :  Ebeh mama kinapa itu papa so bagitu??
Ibu Vivian  :  Sudah Ribka, tunggu jo nga pe papa datang baru torang tanya.

Saat bersama dengan Tasya, Pak Agus tiba-tiba menyadari bahwa handphone-nya tidak ada. Ia langsung pulang untuk mendapati hp-nya kembali. Ia takut istri dan anak-anaknya membaca sms-sms yang ada di kotak masuk hape-nya.

Pak Agus    :  Malam, Papa pe hape dimana? (Dengan tergesa-gesa)
Ribka         :  Ini.. (memberikan hape ayahnya, ayahnya mengambil hape itu secepatnya).. tadi ada Ka Tasya pe sms..
Pak Agus    :  oh… (jawab singkat karena gugup)
Ribka         :  Papa, apa papa pe hubungan dengan Ka Tasya??
Pak Agus    :  Yu dia itu papa pe murid. Nga juga tau kan kalo papa ba dosen di universitas yang sama dengan tampat skolahnya Fandy deng Tasya.
Ribka         :  Baru kalo bagitu apa itu sms pe maksud?? Papa mo kase lekos sa? (marah dan berusaha menahan air matanya)
Pak Agus    :  Sms apa? Papa te pernah kase ba lekos akan nga.
Ribka         :  Beehh tau sa jengkel.. (Berlari meninggalkan ayahnya)
Ibu Vivian  :  Bagus..bagus.. So hebat bagimana? Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga. Jangan talalo banyak ba.lekos nga. Nga kira torang te tau. Munafik memang!!
Pak Agus    :  Apa ini? Ini mama te tau apa-apa, kon maen marah-marah te jelas.
Ibu Vivian  :  Te tau apa lagi ini, kalo so di tau te usah mengelak. Papa te malu io sama anak-anak? Ibih so tua kon pe puber mati.. ishhh
Pak Agus    :  (Emosi) Iyo, jadi kinapa kalo butul, kamu mo bikin apa? kamu juga so tau jadi buat apa di sambunyi-sambunyi. Sa so te pusing lagi deng kamu, terserah apa yang kamu mo buat.
Ibu Vivian  :  (Tak kalah emosi dengan Pak Agus) oohh bagitu, io mama pe mau papa kaluar dari ini, rumah, baru urus jo torang pe perceraian!!!
Pak Agus    :  Cerai?? Ohh bagus itu, memang itu yang sa mau….

Pertengkaran mulut antara suami istri ini semakin memanas. Ibu Vivian menangis. Akhirnya keributan itu membangunkan Fandi yang sedang tertidur di kamarnya.

Fandy         :  Kinapa ini??? Ba ribut skali… Mama kinapa manangis??
Ibu Vivian  :  Tauu nga pe papa itu, dia so te peduli deng torang baru dia mo minta cerai… (Sambil menangis)
Fandy         :  Yuuwh papa, kinapa papa ini?? Macam anak kecil skali!!
Pak Agus    :  Behhh pe sibuk deng kamu samua!! (beranjak keluar, meninggalkan Ibu Vivian dan Fandy)

Hari semakin larut, Fandy masih berusaha menenangkan ibunya. Ibu Vivian hanya mengangguk dan segera pergi ke kamarnya. Fandy pun beranjak ke kamarnya setelah memastikan Ibunya telah masuk ke kamar.

Fandy         :  Mama, tidor saja eh,nanti besok baru torang bicarakan lagi.

***
Esok harinya, Ibu Vivian sudah kelihatan tenang. Mungkin ia telah berpikir semalaman tentang apa yang harus ia lakukan. Fandy dan Ribka telah pergi ke sekolah. Tak lama beberapa menit kemudian, Pak Agus yang semalam tidak pulang ke rumah akhirnya datang.

Ibu Vivian  :  Papa, lebeh baek torang cerai saja, sa juga te tahan bagini, buat apa juga torang sama-sama kalo te rukun bagini.
Pak Agus    :  Ooh io (dengan sinis) sa somo urus buat torang pe perceraian. Mungkin satu minggu lagi selesai.

Sementara itu di tempat lain, Fandy dan Ribka pergi menemui Tasya.

Ribka         :  Tasya!!!! Memang nga cewek te tau malu,, te tau diri skali,, so te laku nga sama cowo-cowo, sisa om-om yang nga mo gate.
Fandy         :  Biihh Tasya sa te sangka nga ini eh, sa kira nga taman yang baek, ternyata nga itu perusak rumah tangganya orang.
Tasya         :  Yuww sori Fandy, sa te bermaksud ba kase rusak nga pe keluarga. Baru Ribka, mohon maaf ee… nga pe papa sandiri itu yang mau sama sa.
Ribka         :  Iiiiiiiii…… (Ribka bermaksud menampar Tasya tetapi di tahan oleh Fandy)
Fandy         :  Sudah jo, te ada guna torang di sini, torang pigi jo!! (Menarik tangan Ribka dan pergi meninggalkan Tasya)

***

Sesampainya mereka di rumah, kedua kakak-beradik ini dikagetkan oleh berita bahwa orang tua mereka sudah sepakat untuk bercerai. Hal ini membuat mereka sangat shock. Ribka sangat kecewa, ia tidak menyangka kalau keluarganya akan berakhir seperti ini. Sedangkan Fandy, sebagai kakak ia menyikapinya dengan tenang, ia tahu bahwa TUHAN akan membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh keluarganya, sehingga ia hanya menyerahkan masalah keluarganya itu pada TUHAN.

Ibu Vivian  :  Ribka, Fandy, mama deng papa so sepakat buat bercerai. Mama harap anak-anak mama bisa mangarti!!
Pak Agus    :  Iyoo, kamu kan so basar, pasti bisa mangarti akan.
Ribka         :  Sa te mangarti, deng te mo mangarti. Kinapa nanti cerai? Te ada jalan laen io?
Ibu Vivian  :  Ribka…..
Ribka         :  Beh tau, tau… terserah jo,, sa so te mo peduli lagi. Mo cerai kek mo apa kek, sa te mo pusing. Tapi jangan salahkan Ribka kalo Ribka so ba aneh-aneh.. (Pergi masuk ke kamarnya)
Fandy         :  Fandy kecewa skali sama mama deng papa. Kinapa harus cerai? Bukannya cerai itu te dikehendakinya TUHAN? Kinapa ini masalah tidak diserahkan sama TUHAN? Yakin TUHAN pasti menunjukkan jalan yang terbaik.
Ibu Vivian  :  Fandy, mama tauu itu, tapi apa torang harus pertahankan keluarga yang tidak harmonis lagi kayak ini? Biar apa yang Fandy mo bilang mama deng papa somo urus ini perceraian.
Pak Agus    :  Iyoo, torang cuma mo kase tau saja kamu,, yang penting Fandy deng RIbka so tau, torang akan secepatnya urus ini perceraian.

Fandy hanya terus menerus diam, Ibu Vivian tahu persis kekecewaan yang Fandy rasakan, Fandy berbeda dengan Ribka, ia memang jarang menyuarakan kekecewaannya tetapi hal itu tergambar jelas di wajahnya. Sementara itu di kamar, Ribka tak henti-hentinya menangis, ia pun menelpon Daniel, pacarnya, untuk membicarakan masalah yang sedang di alami keluarganya. Selama ini, Daniel-lah yang menjadi tempat curhat Ribka, dan Ribka selalu mendapat solusi yang tepat dari Daniel.

Ribka         :  Hallo niel….
Daniel        :  Halo Ribka, kinapa?? Macam ba laen nga pe suara? Nga manangis??
Ribka         :  Biihh sa bingung ini.. Sa pe orang tua mo cerai,, sa so te tau mo bikin bagimana lagi supaya dorang baku baek lagi. Sa capek skali….
Daniel        :  Iioo Ribka sa juga ikot sedih, tapi kalo boleh kase saran lebeh baek ini masalah nga serahkan sama TUHAN. Nga tau kan kalo TUHAN te pernah kase masalah yang torang sendriri te bisa selesaikan. Yakin Tuhan pasti kase jalan kluar. Baru nga bujuk-bujuk lagi nga pe orang tua supaya dorang baku baek ulang.
Ribka         :  O.iyo sa mo coba… Makasi nga pe saran bagus skali.
Daniel        :  Sama-sama. Tapi nga harus percaya dan yakin kalo TUHAN pasti bantu ngana.
Ribka         :  Iyooo.. sudah dulu,e… so tengah malam ini, sa so mo tidor dulu.
Daniel        :  Iyoo.. tidor jo… jang lagi manangis..!

Setelah bercerita dan mendengar nasihat dari Daniel, Ribka merasa terhibur. Ribka pun terketuk pintu hatinya untuk berdoa kepada TUHAN.

Ribka         :  “TUHAN YESUS yang baik, terima kasih atas segala berkat dan kasih-MU yang masih bisa Ribka rasakan hingga saat ini. TUHAN, saat ini dengan segala kerendahan hati, Ribka mohon TUHAN bantu menyelesaikan masalah yang sedang keluarga Ribka hadapi. Tuhan ketuk pintu hati kedua orang tua hamba, agar mereka tidak jadi berpisah. Dalam nama TUHAN YESUS, Ribka sudah berdoa, AMIN”

Tak henti-hentinya Ribka berdoa memohon kepada TUHAN agar kedua orang tuanya batal untuk bercerai. Tetapi kenyataannya, masalah perceraian kedua orang tuanya sudah memasuki sidang. Ribka pun merasa putus asa, dia berpikir, TUHAN tidak pernah mau mengabulkan doanya. Ribka pun merasa terabaikan karena, Ibunya tidak lagi mempedulikannya sejak ia mengurus perceraiannya. Hal itu membuatnya terpengaruh pada Enjel.

Enjel          :  Ribka, kinapa nga? Macam sa liat-liat nga ini murung turus, ada masalah??
Ribka         :  Te ada apa-apa…
Enjel          :  O.iyo, mungkin nga te mau cerita nga pe masalah sama sa. Tapi sa ada solusi yang tepat buat nga pe masalah itu. Deng sa jamin nga pe beban langsung hilang. Kalo nga mau, nanti ba bilang sama sa.
Ribka         :  Butul iio?? Apa depe solusi??
Enjel          :  (Mengambil sesuatu di dalam tasnya) Ini.. (menunjukkan beberapa butir obat)
Ribka         :  Tapii..ini.. biihh sa takot…
Enjel          :  Te apa-apa ini nanti yang bikin nga bisa lupa nga pe masalah. Sa juga biasa ba minum ini kalo ad masalah. Nanti torang ba minum di sa pe rumah saja, tapi jangan bilang sama sapa-sapa.
Ribka         :  (Ragu) Oh..iyo..

Setelah bel pulang berbunyi, Ribka dan Enjel pulang bersama. Saat berjalan menuju gerbang sekolah, ia bertemu dengan teman-temannya, Vika dan Nadya.
Vika           :  Ribka, torang pulang sama-sama ntah!
Nadya        :  Iyoo intah..
Ribka         :  Duluann jo kamu, sa masi ada urusan penting.

Sesampainya di rumah Enjel, Ribka pun segera meminum obat pemberian Enjel. Dan benar seperti yang Enjel katakan, Ribka pun merasa melayang, melupakan segala masalah yang ia sedang hadapi. Ribka pun ketagihan dan menjadi ketergantungan pada obat itu.

***

Ibu Rut, wali kelas Ribka, dan juga Vika dan Nadya menyadari perubahan Ribka, merekapun mendatangi rumah Ribka, untuk menceritakan masalah Ribka pada Ibunya.

Ibu Rut       :  Jadi begini, bu, anak ibu, Ribka sudah seminggu ini tidak masuk sekolah, kami juga tidak pernah menerima surat keterangan darinya apa dia sakit atau lainnya.
Ibu Vivian  :  Tidak masuk sekolah?? Ribka tiap hari ke sekolah.
Vika           :  Iyo butul itu tante, waktu pulang sekolah sa te sengaja liat dia kaluar dari rumahnya Enjel, kon sa ikot dia, ternyata dia nae taxi pigi kamari.
Nadya        :  Berarti setiap jam sekolah dia di rumahnya Enjel, pas jam pulang baru dia pulang juga ka rumah.
Ibu Vivian  :  Enjel?? Siapa Enjel?
Ibu Rut       :  Enjel itu murid sekolah kami, dan menurut siswa lainnya dia itu pengkonsumsi narkoba. Kami beranggapan bahwa Ribka telah dipengaruhi oleh Enjel.
Ibu Vivian  :  Jadi menurut kalian, Ribka sudah mengkonsumsi narkoba??
VIka           :  Iyo tante. Baru tante ada yang sa mo bilang, tapi sa minta maaf dulu karena so ba kase tau ini. Jadi, bagini kamarin sa ada ba telpon sama Ribka, sa tanya kinapa dia so berubah? Dia bilang ini gara-gara depe ortu, depe ortu somo cerai, baru dia te mau dorang cerai, dia bilang dia mau depe keluarga kayak dulu lagi.
Ibu Vivian  :  Iya, tidak apa nak Vika. Ribka memang yang paling bersikeras agar tante dan om batal cerai. Tapi tante te sangka dia sampai senekat itu. Tante akui, tante dengan om so salah, kami berdua terlalu egois, hanya mementingkan urusan masing-masing tanpa mempedulikan Ribka dan Fandy.
Nadya        :  Eh,iyo tante, kalo tante mau, besok ato kapan bagitu, datang di rumahnya sa, ada itu kakak, dia itu hamba TUHAN, mungkin dia bisa bantu mendoakan masalah keluarganya tante.
Ibu Vivian  :  Makasih nak ya, tante pasti akan datang.
Nadya        :  Sama-sama tante.
Ibu Rut       :  Kalau begitu, kami semua permisi dulu.
Ibu Vivian  :  Iya, terima kasih banyak.

Setelah Ibu Rut, Vika, dan Nadya pulang, Ibu Vivian segera menghubungi Pak Agus. Ibu Vivian menceritakan semua yang dikatakan oleh Ibu Rut, Vika, dan Nadya. Mereka pun sepakat untuk berbicara dengan Ribka.

Ibu Vivian  :  Ribka, sini dulu!!!
Ribka         :  Kinapa behh???
Pak Agus    :  Ribka, papa deng mama mangaku so salah, selama ini papa deng mama so talalo egois, te pernah mau dengar pendapatnya Ribka deng Fandy, juga hanya sibuk dengan urusan perceraian. Papa minta maaf….
Ibu Vivian  :  Mama juga minta maaf. Tapi kinapa dengan Ribka sekarang? Ribka so te masok-masok sekolah, so te pernah ibadah, baru bergaul dengan anak yang tidak baik.
Ribka         :  Tidak, sapa yang bilang? Susupo memang!!
Ibu Vivian  :  Yang bilang itu Ibu Rut, Vika, deng Nadya. Baru dibilang Ribka baku taman deng Enjel.
Pak Agus    :  Ribka, berteman itu tidak dilarang, tapi Ribka sendiri harus bisa memilih mana yang baik mana yang tidak. Jangan memilih teman yang akan menjerumuskan kita ke hal-hal yang tidak baik.
Ribka         :  ehhh, baru?? Urus saja papa deng mama pe urusan, ta usah urus sa pe urusan. Terserah saya noh ba taman deng sapa. Sama saja dengan papa deng mama yang seenaknya bilang mo cerai, kan papa deng mama pikir terserah papa deng mama kalo mo cerai ato mo nikah lagi,, sa juga so nyaman bagini….
Ibu Vivian  :  Ribka!! Mama deng papa kan so minta maaf. O,iyo besok Ribka deng Fandy ikut mama deng papa eh, torang mo pigi di sama itu hamba Tuhan.
Ribka         :  Ya, ya, yah.. terserah.. sa ba ikot-ikot jo… (Ribka pergi ke kamarnya)

Keesokan harinya, keluarga Pak Agus pergi ke rumah Nadya untuk bertemu seorang hamba Tuhan yang bernama Kak Sarah.

Ibu Vivian  :  Selamat sore..
Kak Sarah  :  Selamat sore.. mari masuk!!
Ibu Vivian  :  Nadya-nya ada?
Kak Sarah  :  Ada, saya panggilkan dulu.
Ibu Vivian  :  Ya.

Kak Sarah  :  Nadya…..
Nadya        :  Ya..
Kak Sarah  :  Ini ada tamu..

Beberapa menit kemudian Nadya datang bersama Vika dan Daniel. Vika berantusias datang karena ia tahu Ribka, sahabatnya juga datang. Sementara Daniel pacar Ribka, juga datang untuk Ribka. Mereka semua berharap Ribka bisa kembali seperti dulu lagi.

Nadya        :  Sore tante, om, Ribka, Kak Fandy.
Vika           :  Halo Ribka, macam so pe lama torang te ketemu.
Daniel        :  Hai Ribka..
Ribka         :  (Bingung dengan kehadiran teman-teman dan pacarnya) kinapa kamu samua ada di sini?
Kak Sarah  :  (Mengambil alih pembicaraan) Ohh.. ini yang namanya Ribka. Nadya sudah banyak bercerita tentang Ribka sama Kakak.
Daniel        :  Iyo, kak.. Ribka ini anak yang baek skali.. cuma torang so bingung deng dia sekarang.. torang heran deng depe perubahan.
Fandy         :  Kakak, tolong sa pe ade ini, buka akan depe jalan pikiran itu…
Ribka         :  (menyenggol tangan Fandy) Apa kakak ini ee? (Dengan setengah berbisik)
Ibu Vivian  :  Jadi begini…. (pembicaraannya terhenti karena langsung dipotong oleh kak Sarah)
Kak Sarah  :  Sudah, Ibu tak perlu jelaskan lagi, Nadya sudah menceritakan semua sama saya. Saya sudah tahu permasalahannya. Jadi, boleh saya bicara berdua dengan Ribka?
Ibu Vivian  :  Iya.. Silahkan.

Kak Sarah mengajak Ribka di sebuah ruangan. Di ruangan itu hanya ada mereka berdua. Kak Sarah pun mulai bercerita dengan Ribka.

Kak Sarah  :  Ribka, Kakak tahu apa yang sedang kau alami, tapi cara menyelesaikannya juga tidak harus seperti itu. Bukankah Ribka sendiri tahu, bahwa itu salah, bolos sekolah, sampai mengkonsumsi obat-obat terlarang. Apa Ribka lupa? Bukankah Ribka masih punya TUHAN YESUS, TUHAN yang sanggup untuk menyelesaikan apapun masalah yang kita hadapi. Tapi itu juga, Ribka harus mengimaninya, jangan meminta sesuatu tanpa percaya dan yakini itu akan benar-benar terjadi. Dan satu hal yang Ribka harus tahu di dalam TUHAN tidak ada satupun yang mustahil.
Ribka         :  Kak, sa so berdoa sama TUHAN siang deng malam, tapi kinapa TUHAN te mengabulkan sa pe doa? Dari situ sa so jadi putus asa mo berdoa sama TUHAN.
Kak Sarah  :  TUHAN bukannya tidak mengabulkan doamu. Ribka perlu bersabar, tidak seperti habis berdoa dan jadi seperti apa yang kita minta. Ribka tahu TUHAN sudah menyediakan rencana yang besar buat Ribka, dan rencana TUHAN itu tidak seperti rencana manusia, Ia punya cara sendiri yang tidak dapat terselami serta tidak disadari oleh Ribka sendiri. Oleh karena itu, Ribka harus selalu bersyukur kepada TUHAN.
Ribka         :  Tapi kenapa sampe sekarang sa pe orang tua tetap ba urus dorang pe surat cerai. Apa TUHAN mau dorang cerai??

Kak Sarah  :  Ribka, rencana TUHAN itu indah pada waktunya. Saat menghadapi masalah  percayalah di dalam TUHAN ada pengharapan. Ada pelangi sehabis hujan, bukan TUHAN yang menjanjikan itu? TUHAN tidak akan pernah melupakan janjinya. Jadi bersandarlah pada TUHAN, TUHAN menyediakan segala yang terbaik untukmu.
Ribka         :  O,iyo sa mengerti sekarang, mungkin inilah jawaban dari doa-doanya sa. TUHAN so jawab sa pe doa smua… ini solusi yang cari selama ini untuk masalahnya sa.
Kak Sarah  :  Ribka so mengerti kan? Mencari jalan keluar dari masalah hanya ada pada TUHAN. Sekarang kita berdoa (Mari kita berdoa ----------------------------amin).

Sehabis berbicara dengan Ribka, Kak Sarah kini berbicara dengan kedua orang tua Ribka.

Kak Sarah  :  Sebelumnya saya mau minta maaf kalau saya sudah lancing berbicara seperti ini pada Pak Agus dan Ibu Vivian, tetapi TUHAN ingin pakai saya untuk berbicara dengan Pak Agus dan Ibu Vivian. Kalian adalah panutan bagi anak-anak kalian, lalu jika kalian sendiri seperti ini, bagaimana dengan anak-anak kalian? Bukankah TUHAN sendiri tidak menghendaki adanya perceraian.  Bahwa apa yang telah dipersatukan oleh TUHAN tidak dapat dipisahkan oleh manusia. Jadi, jika kalian mendapat masalah seperti ini, coba bicarakanlah dengan TUHAN, TUHAN selalu terbuka untuk siapa saja. Ia tidak pernah meninggalkanmu.
Ibu Vivian  :  Iya, saya sadar selama ini sudah melakukan kesalahan, bahwa saya tidak pernah mengikutsertakan TUHAN untuk menyelesaikan masalah ini.
Pak Agus    :  Iya, saya juga sadar, kalau selama ini ternyata kesenangan dan kenikmatan sesaat yang saya rasakan, menutup mata saya sehingga saya sudah menyakiti hati keluarga saya, terutama hati TUHAN.
Kak Sarah  :  Jadi Pak Agus dan Ibu Vivian sudah memahami, bahwa yang kalian lakukan itu adalah salah di mata TUHAN. Sekarang kita berdoa bersama dengan yang lainnya. (Mari kita berdoa --------------------------amin)

Kini Pak Agus dan Ibu Vivian telah menyadari kesalahan yang mereka perbuat dan mereka berjanji pada TUHAN untuk tidak mengulanginya lagi. Ribka juga telah bertobat, dan kembali kepada TUHAN. Keesokan harinya Tasya datang ke rumah Ribka dan meminta maaf pada keluarganya Ribka.

Tasya         :  Tante, Ribka, deng Fandy, sa minta maaf, kalo selama ini sa so banyak salah sama keluarganya kamu. Sa harap kamu bisa kase maaf sa.
Ibu Vivian  :  Iyo, torang so kase maaf nga dari dulu, cuma sekarang lebih baik nga minta maaf sama TUHAN.
Tasya         :  Iyo, sa sadar, yang sa bikin selama ini so menyakiti hati TUHAN.
Ribka         :  Butul yang Kak Sarah bilang, kalo rencana TUHAN itu akan lebih dari apa yang kita bayangkan.
Fandy         :  O,iyo, besok kan paskah, bagimana kalo torang pigi ibadah sama-sama?
Ribka         :  Okeh,, tapi ada sa punya teman yang harus dibawa sama TUHAN. Ma,, Ribka ka rumahnya Enjel dulu,e…

Ribka pun dengan senang hati dan penuh pengharapan pergi ke rumah Enjel. Dia percaya TUHAN pasti akan menolongnya untuk menyadarkan Enjel.

Ribka         :  Enjeell, besok kan paskah, nga mau tidak pigi ibadah deng sa??
Enjel          :  Biii, Ribka tumben?? Memangnya nga so tobat, pe capat jooo…
Ribka         :  Iyo, sa so tobat ini, sa sadar kalo selama ini yang torang buat so salah, sekarang sa te mau sia-siakan pengorbananTUHAN di kayu salib. Jadi sa mo bikin perbuatan yang kase senang TUHAN pe hati. Kebangkitan TUHAN itu adalah kemenangan buat orang yang percaya. Jadi, karena sa so di kase kemenangannya TUHAN sa akan lebih menghargai sa pe hidup.
Enjel          :  Tapi, kalo mo di pikir-pikir juga butul juga e. TUHAN YESUS so rela mati di kayu salib cuma buat torang, kon torang sia-siakan TUHAN pe pengorbanan sama torang.
Ribka         :  (Senang) berarti besok nga mo pigi ibadah paskah dengan sa?
Enjel          :  Iyo, sa mau,, sa somo bertobat, sa mo terima TUHAN YESUS sebagai JURUS’LAMAT, yang ba kase kemenangan buat sa karena Dia so bangkit.

Akhirnya keluarga Pak Agus dapat rukun kembali dan Tasya, Ribka, serta Enjel menyadari perbuatan mereka dan bertobat. Melalui drama ini kita dapat mengambil hikmah, yaitu bahwa apabila kita memiliki masalah, kita harus yakindan percaya bahwa TUHAN pasti telah sediakan jalan keluar dan dalam TUHAN YESUS pasti ada kemenangan dan pengharapan bagi orang yang percaya kepada-Nya.



THE END
 

Created by : Cindy